|
Ponpes Alhidayah Jambi / Harianjambi.com
|
JAMBI - Pesantren, pondok pesantren, atau sering disingkat
Ponpes, adalah sebuah asrama pendidikan tradisional. Para siswanya semua
tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan
sebutan Kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri.
Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan
masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya.
Kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau
hotel.
Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan
pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal. Dimana seorang Kiai
mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang
ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad pertengahan, dan para santrinya
biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.
Wakil Direktur Pimpinan Pondok Pesantren PKP Al-Hidayah Kota Jambi, M Sami mejelaskan, pesantren atau ma’had bertujuan untuk mengkader para ulama sehingga
fokus pembelajarannya lebih ke agama.
Lulusannya nantinya akan mengantikan ulama-ulama terdahulu.
Pesantren yang mengajarkan kitab-kibab klasik seperti kitab kuning yang
semuanya berbasaha arab. Dengan demikian ketika siswa dapat menguasai dan
membaca bahasa arab nantinya akan mudah untuk mempelajari ilmu agama.
“Dengan menguasi kitab bahasa arab maka anak dapat menguasai
pelajaran agama dengan mudah," ungkapnya.
Di Pesantren PKP Al-hidayah tidak hanya mengajarkan Agama
kepada siswanya. Namun juga mengajarkan pelajaran umum, agar nantinya selain
siswa berwawasan agama juga diharapkan siswa punya wawasan umum.
Pondok Karya Pembangunan Al Hidayah Jambi pertama sekali
dipelopori Prof Dr Sulaiman Abdullah.
Pada awal pendiriannya pondok PKP Al-Hidayah seratus persen siswa diajarkan ilmu agama tampa ada yang umum. Di
PKP Al-hidayah pedidikannya dari bawah seperti, PAUD, TK, SD, MTS, MA.
PKP Al-hidah merupakan Ponpes Modern yang juga tidak
meninggalkan yang salafi. “Jadi pesantern kita adalah kombinasi antara modern
dan salfi. Namun yang eks lebih kepada modren. Pondok pesantren PKP Al-hidayah
didirikan Gubernur Jambi berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Jambi Nomor 226 Tahun 1983 tanggal 14 Juni 1983
sebagai lembaga pendidikan agama guna mempersiapkan kader-kader pembangunan di daerah
Jambi, yang berilmu, beramal, bertaqwa, dan terampil,” katanya.
Sistem dan metode pengajaran serta kurikulum mengacu pada
Pondok Pesantren Modern perlu disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sehingga mampu menjawab dan menunjang proses pembangunan serta
kepentingan umat Islam.
Pondok Pesantren Modern Al Hidayah terletak di tengah-tengah
pemukiman masyarakat, lokasi ini sangat strategis, mengingat bahwa Pondok
Pesantren ini langsung berhadapan dengan masyarakat yang memang mengharapkan
adanya sebuah lembaga pendidikan yang bercirikan khas ke-Islaman yang
diharapkan mampu menjadi sebuah pusat pengembangan dan penyiaran agama Islam.
“Pondok pesantren sebagai benteng agama untuk masa depan," tegasnya.
Selaras dengan perkembangan zaman, Pondok Pesantren Modern
Al Hidayah mulai tahun 1999 dilengkapi dengan program keterampilan. Dengan
demikian terbentuklah kurikulum ekstra plus dengan tiga cabang keterampilan
yaitu, Keterampilan Pertanian Terpadu, Keterampilan Tata Busana, Keterampilan
Elektronika, Keterampilan Perbengkelan Motor.
“Setelah tamat dari sini anak-anak suda di bekali dengan berbagai
keterampilan," katanya.
Di PKP Al-Hidayah menggunakan dua bahasa yaitu bahasa arab
dan bahasa ingris. Bahasa arab diperdalam ketika siswa ingin melanjutkan
pendidikannya. Agamanya ke luar negeri ke Timur Tengah misalnya.
Para siswa telah mempunyai modal bahasa arab. Ketika mereka
memilih pendidikan umum mereka para siswa juga telah mempunyai ilmu umum dan
telah memahami bahasa inggris untuk mempermudah komunikasi mereka jika mereka
melanjutkan pendidikannya di luar negri.
“Dengan kemampuan dua bahasa yang di miliki anak-anak di
pondok pesantren PKP Al-hidayah ini. Dapat mempermuda mereka dalam memelih
perguruan tinggi yang mereka inginkan," ujarnya.
Metode pengajaran yang diterapkan untuk formal sama seperti
sekolah biasa, belajar dari pagi sampai siang dan yang ekstra ada bimbingan
kelompok yang dilakukan secara fokus. Nantinya diharapkan siswa yang suda
mengerti bisa mengajarkan kepada teman-temanya.
Dengan cara memilih kelompok-kelompok, dan meberikan materi
dengan targetan anak-anak dapat menguasai materi yang diberikan. Seperti
pembingan saind, mipa, klup bahasa arab dan kelompok bahasa ingris. Sehingga
dari kelompok-kelompok itu nanti akan dipersiapkan untuk diperlombakan.
Prof Dr Lias Hasibuan MA, selaku pakar kurikulum mengatakan,
kurikulum itu menyangkut semua kegiatan yang ada oleh lembaga pendidikan. Dari
pelajaran ekstra sampai yang lainya.
Seperti usaha dari suatu lembaga pendidikan untuk membuat
anak untuk belajar dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Pelajaran ekstra
yang ada di PKP Al-Hidayah merupaka bagian dari pembangunan pondok itu. Hal itu
bertujuan untuk menciptakan siswa mandiri yang di tunjang dengan keterampilan.
“Dengan kurikulum plus siswa dapat hidup mandiri," katanya.
Pada dasarnya Al-hidaya itu kan bukan negeri karena
Al-hidayah berkeinginan untuk mencetak para ulama yang kemudian diseberkan ke
berbagai pedesaan. Guna memenuhi ulama yang telah berguguran maka pemda peduli
dengan hal itu lalu mendirikan podok pesantren itu. Jadi dengan keterampilan
yang dimiliki siswa dapat membuat siswa hidup dengan mandiri nantinya setelah
hidup ditengah-tengah masyarakat.
“Dengan pempunyai keterampilan yang telah didapatkan di
lembaga pendidikan akan memudahkan siswa dalam menjalankan kehidupannya setelah
selesai dari pendidikannya,"katanya. (*)
Sumber : harianjambi.com